Kompas,
Minggu, 20 Januari 2019 1 & 11
Kaum milenial
perlu mengembangkan diri guna mengantisipasi perubahan sebagai akibat dari
kemajuan ekonomi. Dengan cara itu Indonesia berpeluang terus menumbuhkan
ekonomi digital.
Jakarta,
Kompas - Masyarakat Indonesia, terutama kaum milenial, tidak memiliki pilihan
selain harus mengantisipasi Revolusi Industri 4.0. hanya melalui upaya ini,
masyarakat Indonesia tidak mengalami ketertinggalan.
“Perubahan-perubahan
besar akibat revolusi industri, dimana teknologi dan informasi berkembang
dengan cepat, harus diantisipasi. Jangan mengulangi kesalahan saya,” kata Wakil
Presiden Jusuf Kalla dalam Indonesia Millenial Summit 2019 di Jakarta, Sabtu
(19 Januari 2019).
Ia mengakui
pernah mengambil keputusan salah dalam berinvestasi akibat tidak percaya aakan
adanya perubahan besar dalam bidang teknologi dan informasi. Pada awal tahun
1990-an, sebagai pengusaha, Kalla tidak mempercayai pernyataan seorang profesor
bahwa 25 tahun lagi semua transaksi dilakukan di saku.
Saat itu, Kalla tetap
memutuskan berinvestasi di bidang teekomunikasi dengan kabel. Kini, menurut
Kalla, terbukti semua transaksi dilakukan dengan ponsel di saku kita. Wapres
mengungkapkan, perubahan besar terjadi akibat perkembangan teknologi dan
informasi yang berlangsung cepat. Perubahan meliputi tak hanya gaya
hidup,tetapi juga sistem ekonomi.
Kolaborasi
Dalam
kesempatan terpisah, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, di tengah
pertemuan Yayasan Pemimpin Muda Indonesia (Young Leaders for Indonesia/YLI),
menyampaikan, pemerintah berkomitmen untuk berkolaborasi dengan kaum muda
Indonesia.
Kolaborasi
diperlukan untuk memperoleh ide-ide dan solusi baru bagi permasalahan bangsa,
terutama dalam menghadapi tantangan Revolusi Industri 4.0. Rudiantara
menyebutkan, prospek ekonomi digital di Indonesia terus tumbuh. Pemerintah
menargetkan Indonesia memiliki lima perusahaan rintisan kategori unicorn atau perusahaan dengan valuasi
diatas 1 miliar dollar AS.
Saat ini
terdapat empat perusahaan unicorn,
yakni Tokopedia, Bukalapak, Go-Jek, dan Traveloka. Keempatnya telah membantu
menghubungkan usaha mikro, kecil, dan menengah ke pasar.
Menurut dia,
laporan McKinsey mengatakan, Indonesia kekurangan tenaga untuk menghadapi Revolusi
Industri 4.0 sebanyak 9 juta orang pada 2015-2030. “Artinya, kita membutuhkan
600.000 tenaga dalam setahun,” ujarnya.
CEO PT
Tokopedia I Ketut Adi Putra mengatakan tantangan saat itu adalah ketersediaan
tenaga kerja yang kompeten di bidang teknologi digital. Selain ketersediaan
tenaga kerja yang terbatas, aspek kualitas kompetensi tenaga kerja juga masih
menjadi momok.
Ia sepakat bahwa industri digital akan tumbuh lebih baik pada
2019. Pertumbuhan tidak hanya akan
terjadi pada sektor e-dagang dan transportasi,tetapi juga di sektor pendidikan,
kesehatan,dan media.
Keberagaman
Selain isu penguasaan teknologi, penghargaan terhadap
keberagaman juga merupakan pembahasan penting dalam kaitannya dengan kaum
milenial. Dalam Indonesia Millenial Summit 2019, Kalla mengapresiasi semangat
menghargai keberagaman yang diperlihatkan generasi milenial Indonesia. Rasa hormat
terhadap keberahaman di masyarakat merupakan bekal yang berguna.
Dalam acara itu, Indonesia Millenial Report 2019 menyebutkan,
89,1 persen milenial optimistis terhadap kehidupan keberagaman di Indonesia.
Terungkap pula 86,7 persen milenial optimistis terhadap keutuhan negara
kesatuan Republik Indonesia. Optimisme lain juga ditunjukkan pada sistem
demokrasi (83,6 persen) dan kondisi keamanan di Indonesia (83,4 persen).
Indonesia Millenial Report 2019 adalah survei yang dilakukan
IDN Research Institute bersama Alvara Research Center. Riset yangmelibatkan
lebih dari 1.400 responden di 12 kota ini bertujuan menelisik perilaku dan
kebiasaan milenial di Indonesia.
Milenial didefinisikan sebagai orang yang lahir pada awal
1980-an hingga akhir 1990-an.Jumlah mereka berkisar 70 juta-80 juta orang dari
total penduduk Indonesia sekitar 260 juta jiwa.
(LSA/NTA/TAN/E19).
Sumber ilustrasi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar