Rabu, 26 Juni 2019

Apakah Anda Sebagai Mahasiswa Sesat, Yang Kebingungan Memilih dan Melamar Pekerjaan ?

Oleh : Bambang Haryanto
"Ketika besar nanti, kalian ingin menjadi apa, anak-anak ?”
Apabila pertanyaan ini diajukan kepada Anda, apa jawaban Anda ? Untuk anak-anak jaman dulu,  jawabannya sering  itu ke itu saja. Jadi dokter. Insinyur. Pilot. Presiden. 

Untuk anak masa kini, keponakan saya yang masih TK menjawab : Ingin menjadi Satpol Pamong Praja. Sementara seorang anak yang pernah ditanyakan cita-citanya  oleh Presiden Jokowi, ada yang menjawab : Ingin menjadi Youtuber.

Apabila anak-anak  tersebut  tinggal di negara maju, maka masing-masing sosok pekerja impiannya itu bisa dihadirkan di kelas mereka. Disebut sebagai Hari Karier, itulah momen menarik bagi orang tua murid untuk hadir di kelas anaknya, untuk menceritakan seluk-beluk pekerjaannya. Sejak dini anak-anak dikenalkan dengan dunia pekerjaan yang menjadi cita-citanya.

Kita lihat,dalam infografis terlampir,  bahwa dalam setiap jenjang pendidikan anak-anak  di Eropa dikenalkan dengan tahap-tahap pengembangan diri mereka.  Dari Taman Kanak-Kanak sampai perguruan tinggi. Kemudian seiring bertambahnya usia dan semakin tinggi pendidikannya, proses itu akan  mengerucut pada pengenalan keterampilan pekerjaan tertentu yang sesuai dengan minat sampai bakat yang mencocokinya.

Perbedaan yang mencolok kita lihat gambaran dalam dunia pendidikan di Indonesia. Nampak dunia pendidikan kita di jenjang apa pun didominasi oleh aktivitas belajar dan ujian. Sementara seluk-beluk pengenalan terhadap dunia pekerjaan dibuat menumpuk saat yang bersangkutan berstatus sebagai mahasiswa. 

Merujuk fakta tersebut boleh jadi selepas lulus pun para sarjana tersebut tidak tahu mau berbuat apa untuk melangkah ke dunia pekerjaan sesudah diwisuda. Mereka itulah yang kemudian disebut sebagai mahasiswa sehat !

Mahasiswa sesat. Adalah Dr. Hasanudin Abdurakhman dalam bukunya Melawan Miskin Pikiran : Memenangkan Pertarungan Hidup A la Kang Hasan (Nuansa Cendekian, 2016) telah menulis mengenai profil buram mahasiswa sesat tersebut. Ketika menjadi dosen di sebuah universitas negeri di Kalimantan, ia menceritakan pengalamannya. 

Di hari pertama kuliah biasanya saya ajukan pertanyaan kepada para mahasiswa, ’Apa tujuanmu kuliah?’ Kebanyakan dari mereka gagap dalam menjawab pertanyaan ini. Mereka tak tahu untuk apa mereka kuliah. Sebagian menjawab klise, untuk menuntut ilmu. Tapi pertanyaan saya konkret, kamu mau jadi apa? Nanti setelah lulus akan bekerja sebagai apa? Sebagian besar tidak menyadari bahwa kelak mereka harus bekerja sebagai manusia mandiri.’”

Kini Kang Hasan, nama populernya di media sosial, menjabat General Manager for Business Development PT Toray Industries Indonesia. Juga merangkap jabatan sebagai manajer Indonesia Toray Science Foundation. Ketika memberikan kuliah umum di  pelbagai perguruan tinggi dirinya ingin menyebarkan pesan-pesan positif, bagi mahasiswa dan orangtuanya, terkait dinamika yang terjadi dalam dunia pekerjaan.

“Saya ke kampus dengan tujuan membawa pesan dari dunia nyata kepada para mahasiswa. Dunia nyata adalah dunia kerja, di mana setiap orang dituntut dengan suatu tanggung jawab, dan di mana orang harus berkompetisi. Kompetisi dimulai sejak di pintuk masuk ke dunia itu. Yang kalah tak akan bisa masuk, dan harus berada di dunia nyata yang lain, yaitu dunia pengangguran.

Ada mahasiswa yang sadar bahwa mereka harus masuk ke dunia kerja. Tapi mereka sama sekali tak mengenal dunia itu, dan tidak mempersiapkan diri untuk bersaing di pintu masuknya. Mereka tak tahu bagaimana pelajaran-pelajaran yang mereka tekuni di bangku kuliah akan terpakai di dunia kerja. Atau, mereka tak tahu bekal apa yang harus mereka kumpulkan selama kuliah.

Ada kasus klise yang sering saya lihat. Mahasiswa baru sadar bahwa kemampuan bahasa Inggris mereka parah saat mereka sudah lulus. Ketika mencari kerja gagal karena itu. Kemudian mereka baru mulai belajar, ikut kursus. Terlambat sudah. Penguasaan bahasa Inggris memerlukan waktu setidaknya 2 tahun. Mereka harus kehilangan waktu lagi. Padahal seharusnya hal ini dipersiapkan selama kuliah.

Saya pergi ke kampus-kampus, mengajak para mahasiswa membangun mimpi, menetapkan visi. Saya mengajak mereka menjalin kontak dengan mimpi itu. Saya mengajak mereka untuk membuat program persiapan menuju dunia kerja, dengan target terukur, dalam batas waktu yang jelas.

Sayangnya saya belum punya banyak kesempatan untuk bertemu dengan para orang tua. Para orang tua harus diingatkan bahwa tidak semua anak harus atau perlu kuliah. Ada begitu banyak orang sukses tanpa kuliah. Kuliah bukan jaminan sukses. 

Saya ingin mengajak mereka mengenal potensi setiap anak, dan mengarahkan mereka meraih sukses dengan mengembangkan potensi masing-masing.”

“Terima kasih, Kang Hasan. 
Semoga dunia perguruan tinggi di Indonesia mendengarkan pesan-pesan Anda.”
Sebagai mahasiswa atau fresh graduate, apa Anda juga mendengarkan pesannya ?

#berburupekerjaan
#duniakarier
#duniapekerjaan
#freshgrad
#mahasiswasesat    
#self-assessment

Senin, 17 Juni 2019

Inspirasi Karier Masa Kini A la Eden Hazard Untuk Anda

Oleh : Bambang Haryanto

Eden Hazard
Klub Manchester City kembali menjadi juara Liga Inggris 2018-2019. Saya ingat refrain lagu "Hey Jude" - nya The Beatles menggema di stadion saat ManCity jadi juara tahun 2012 silam. Lagu itu punya sejarah, menjadi hit di tahun 1968 dan saat itu pula ManCity menjadi juara. 

Namun ada kabar agak mengejutkan, ada pemain sayapnya Leeroy Sane akan pulang ke Jerman. Digoda untuk pindah ke klub raksasa Bavaria, Bayern Muenchen, yang ditinggal pensiun duo pemain sapit urang-nya yang sakti, Arjen Robben dan Frank Ribery. 

Kabar lain gelandang serang kreatif dari Chelsea, Eden "The Snake" Hazard,  dan jenderal lapangan tengah Manchester United, Paul "Pak Haji" Pogba, akan sama-sama cabut untuk berlabuh di San Bernabeau, markas Real Madrid,  Spanyol. Konon, Mo Salah dari Liverpool, akan menyusul. 

"From climbing to hopping : the contingent job and post-entrepreneural career," adalah bab dari bukunya Rosabeth Moss Kanter untuk bisa menjelaskan bagaimana pola karier para pesepakbola sohor itu kini semakin hot di era serba disrupsi masa kini. 
 
Dalam buku klasiknya,When Giants Learn to Dance (1989) Kanter menandaskan bahwa meniti karier dengan pola menapaki anak tangga, dimana semakin bertambahnya umur dan pengalaman akan otomatis mendorong seseorang sampai ke puncak karier, merupakan konsep yang usang di jaman VUCA (kredit untuk Pak Peter Febian, teman berbagi cerita di LinkedIn, yang banyak menjelaskan hal ini) masa kini. 

Untuk survive dalam meniti karier masa kini, orang harus memiliki keterampilan portable yang bisa dia bawa untuk melakukan job-hopping, dalam sepanjang hidupnya. 

Merujuk realitas itu maka keterampilan berburu pekerjaan yang andal adalah keterampilan default Anda, kini dan nanti,  dan nanti. 

Siapa tahu, perjalanan karier pesepakbola profesional seperti Sane, Hazard, Pogba, Robben dan Ribery, bisa menginspirasi Anda untuk terus mengasah keterampilan profesional Anda sehingga selalu up to date sehingga dibutuhkan oleh pasar kerja dimana pun Anda ingin bekerja. 

#berburupekerjaan
#jobhopping
#koneksiitukunci 
#vuca