"Ketika besar nanti, kalian ingin menjadi apa, anak-anak ?”
Apabila
pertanyaan ini diajukan kepada Anda, apa jawaban Anda ? Untuk anak-anak jaman
dulu, jawabannya sering itu ke itu saja. Jadi dokter. Insinyur. Pilot.
Presiden.
Untuk anak
masa kini, keponakan saya yang masih TK menjawab : Ingin menjadi Satpol Pamong
Praja. Sementara seorang anak yang pernah ditanyakan cita-citanya oleh Presiden Jokowi, ada yang menjawab :
Ingin menjadi Youtuber.
Apabila
anak-anak tersebut tinggal di negara maju, maka masing-masing sosok
pekerja impiannya itu bisa dihadirkan di kelas mereka. Disebut sebagai Hari
Karier, itulah momen menarik bagi orang tua murid untuk hadir di kelas anaknya,
untuk menceritakan seluk-beluk pekerjaannya. Sejak dini anak-anak dikenalkan
dengan dunia pekerjaan yang menjadi cita-citanya.
Kita lihat,dalam
infografis terlampir, bahwa dalam setiap
jenjang pendidikan anak-anak di Eropa dikenalkan
dengan tahap-tahap pengembangan diri mereka. Dari Taman Kanak-Kanak sampai perguruan
tinggi. Kemudian seiring bertambahnya usia dan semakin tinggi pendidikannya,
proses itu akan mengerucut pada pengenalan
keterampilan pekerjaan tertentu yang sesuai dengan minat sampai bakat yang
mencocokinya.
Perbedaan
yang mencolok kita lihat gambaran dalam dunia pendidikan di Indonesia. Nampak
dunia pendidikan kita di jenjang apa pun didominasi oleh aktivitas belajar dan
ujian. Sementara seluk-beluk pengenalan terhadap dunia pekerjaan dibuat
menumpuk saat yang bersangkutan berstatus sebagai mahasiswa.
Merujuk
fakta tersebut boleh jadi selepas lulus pun para sarjana tersebut tidak tahu
mau berbuat apa untuk melangkah ke dunia pekerjaan sesudah diwisuda. Mereka
itulah yang kemudian disebut sebagai mahasiswa sehat !
Mahasiswa sesat. Adalah Dr. Hasanudin Abdurakhman
dalam bukunya Melawan Miskin Pikiran : Memenangkan Pertarungan Hidup A la Kang
Hasan (Nuansa Cendekian, 2016) telah menulis mengenai profil buram mahasiswa
sesat tersebut. Ketika menjadi dosen di sebuah universitas negeri di
Kalimantan, ia menceritakan pengalamannya.
“Di hari pertama kuliah biasanya saya ajukan pertanyaan
kepada para mahasiswa, ’Apa tujuanmu kuliah?’ Kebanyakan dari mereka gagap
dalam menjawab pertanyaan ini. Mereka tak tahu untuk apa mereka kuliah.
Sebagian menjawab klise, untuk menuntut ilmu. Tapi pertanyaan saya konkret,
kamu mau jadi apa? Nanti setelah lulus akan bekerja sebagai apa? Sebagian besar
tidak menyadari bahwa kelak mereka harus bekerja sebagai manusia mandiri.’”
Kini Kang Hasan, nama populernya di
media sosial, menjabat General Manager for Business Development PT Toray
Industries Indonesia. Juga merangkap jabatan sebagai manajer Indonesia Toray Science
Foundation. Ketika memberikan kuliah umum di pelbagai perguruan tinggi dirinya ingin
menyebarkan pesan-pesan positif, bagi mahasiswa dan orangtuanya, terkait
dinamika yang terjadi dalam dunia pekerjaan.
“Saya ke kampus dengan tujuan membawa pesan
dari dunia nyata kepada para mahasiswa. Dunia nyata adalah dunia kerja, di mana
setiap orang dituntut dengan suatu tanggung jawab, dan di mana orang harus
berkompetisi. Kompetisi dimulai sejak di pintuk masuk ke dunia itu. Yang kalah
tak akan bisa masuk, dan harus berada di dunia nyata yang lain, yaitu dunia
pengangguran.
Ada mahasiswa yang sadar bahwa mereka
harus masuk ke dunia kerja. Tapi mereka sama sekali tak mengenal dunia itu, dan
tidak mempersiapkan diri untuk bersaing di pintu masuknya. Mereka tak tahu
bagaimana pelajaran-pelajaran yang mereka tekuni di bangku kuliah akan terpakai
di dunia kerja. Atau, mereka tak tahu bekal apa yang harus mereka kumpulkan
selama kuliah.
Ada kasus klise yang sering saya lihat.
Mahasiswa baru sadar bahwa kemampuan bahasa Inggris mereka parah saat mereka
sudah lulus. Ketika mencari kerja gagal karena itu. Kemudian mereka baru mulai
belajar, ikut kursus. Terlambat sudah. Penguasaan bahasa Inggris memerlukan
waktu setidaknya 2 tahun. Mereka harus kehilangan waktu lagi. Padahal
seharusnya hal ini dipersiapkan selama kuliah.
Saya pergi ke kampus-kampus, mengajak
para mahasiswa membangun mimpi, menetapkan visi. Saya mengajak mereka menjalin
kontak dengan mimpi itu. Saya mengajak mereka untuk membuat program persiapan menuju
dunia kerja, dengan target terukur, dalam batas waktu yang jelas.
Sayangnya saya belum punya banyak
kesempatan untuk bertemu dengan para orang tua. Para orang tua harus diingatkan
bahwa tidak semua anak harus atau perlu kuliah. Ada begitu banyak orang sukses
tanpa kuliah. Kuliah bukan jaminan sukses.
Saya ingin mengajak mereka mengenal
potensi setiap anak, dan mengarahkan mereka meraih sukses dengan mengembangkan
potensi masing-masing.”
“Terima kasih, Kang Hasan.
Semoga dunia
perguruan tinggi di Indonesia mendengarkan pesan-pesan Anda.”
Sebagai mahasiswa atau fresh graduate, apa Anda juga
mendengarkan pesannya ?
#berburupekerjaan
#duniakarier
#duniapekerjaan
#freshgrad
#mahasiswasesat
#self-assessment