Oleh : Erizeli Jely Bandaro
Pebisnis internasional. Pengelola blog
Neocolonialism : Berjuang untuk kebaikan, kebenaran, keadilan
24 Desember 2018
Neocolonialism : Berjuang untuk kebaikan, kebenaran, keadilan
24 Desember 2018
Setamat SMA saya tidak diterima di semua universitas
negeri karena tidak lulus tes. Kemudian setelah saya punya penghasilan sendiri,
saya pun mencoba kuliah di PT swasta jurusan Akuntasi. Tetapi itu pun gagal.
Tetapi karena proses hidup mandiri sebagai
pengusaha,memaksa saya belajar. Ketika awal mengelola usaha, saya kursus di
LPPM mengenai manajemen usaha baru. Di situ saya belajar bagaimana mengelola
usaha. Menetapkan harga jual dan menghitung harga pokok. Membangun proyek
melalui proses networking. Ketika
usaha mulai jalan saya juga kursus manajemen keuangan. Di situ saya paham
bagaimana membaca laporan keuangan. Saya pun ikut kursus perpajakan agar tahu
menghitung pajak dengan benar.
Ketika masuk ke bisnis international trading, saya kursus international trade. Saya belajar untuk memahami alat pembayaran
international seperti LC, beragam jenis LC. Juga belajar bagaimana memasarkan
produk ke luar negeri. Cara berkomunikasi memasarkan barang. Riset market.
Sehingga saya tahu kapan saya harus jual dan kemana saya harus menjualnya.
Ketika masuk ke bisnis pabrikasi, saya kursus
manajemen pabrik. Di situ saya belajar tentang bagaimana membuat studi
kelayakan, menentukan supply chain,
planning production control, marketing concept. Sehingga tahu bagaimana
mendirikan pabrik dengan benar dan membuat produk yang efisien dan menguasai
pasar.
Namun setiap bidang industri dan jasa yang saya buka,
terlebih dahulu saya pelajari produk tersebut. Product know how itu penting. Agar saya punya visi atas bisnis
saya. Tidak sekedar ikut ikutan. Saya tidak paham tambang, tetapi ketika masuk
bisnis tambang, saya belajar banyak tentang mineral tambang. Saya tidak paham
tekstil tetapi saya belajar tentang tekstil secara luas.
Saya tidak paham pertanian. Tetapi saya belajar banyak
tentang pertanian. Setiap produk pertanian saya pelajari dengan seksama. Masa
tanam dan lahan yang cocok untuk tanam, jenis bibit, penanaman, pasca tanam,
pemrosesan sampai pemasarannya. Sama halnya ketika saya masuk ke bisnis
perikanan.
Pengetahuan itu saya dapat bukan hanya dari kursus tetapi juga dari
seminar di dalam dan luar negeri, membaca buku, serta menimba pengalaman
dari teman yang sudah ahli.
Ketika usia 42 tahun saya mulai masuk ke bisnis
porfilio investasi. Saya kursus financial
engineering untuk mengetahui skema pembiayaan dan beragam sumber
pendanaan yang bisa saya akses. Saya juga belajar tentang makro ekonomi ,
kebijakan publik, geostrategis, geopolitik. Tujuanya agar saya bisa
mengetahui peluang negara mana saja yang bisa jadi tempat bisnis saya.
Kalau saya tidak paham makro ekonomi, geostrategis ya
bisa bisa saya kena trap
kebijakan pemerintah dan investasi jangka panjang saya akan hancur. Nah itu
terus berproses memaksa saya belajar tentang banyak negara dari ASEAN sampai
Asia Tengah, Timur Tengah, Eropa Timur, dan Cina.
Tahun 2008 saya berhasil lulus semua mata kuliah di
Hong Kong Polytechnic namun itu pun tanpa gelar. Skripsi saya ditolak. Memang
saya tidak pernah berbakat untuk jadi sarjana. Juga tidak berbakat jadi
pegawai. Namun hikmahnya memaksa saya belajar seumur hidup sebagai cahaya
di tengah kegelapan.
Belajar bisa darimana saja. Itu investasi yang akan
menentukan value Anda. Memaksa Anda
belajar dan selalu rendah hati. Ya belajar bagi saya adalah kebutuhan, bukan
keinginan karena alasan aktulisasi diri. Berbagi pengetahuan juga adalah
kebutuhan batin agar saya yang bukan siapa siapa masih bisa berguna bagi orang
lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar